Penyakit osteoporosis adalah kondisi ketika tulang menjadi lemah dan rapuh. Tubuh terus-menerus menyerap dan menggantikan jaringan tulang. Pada osteoporosis, kecepatan pembentukan tulang baru lebih lambat daripada pembuangan jaringan tulang lama.


Banyak orang tidak memiliki gejala sampai menderita patah tulang.Perawatan yaitu termasuk obat, diet sehat, dan latihan beban untuk membantu mencegah keroposnya tulang atau menguatkan tulang yang lemah.


Osteoporosis juga bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause.


Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang.

 

Dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai tulang menjadi keropos. Umumnya, osteoporosis baru diketahui setelah pasien mengalami jatuh atau berada dalam situasi yang membuat tulangnya retak.

Ilustrasi Osteoporosis (pixabay.com)

Cedera yang sering terjadi pada penderita osteoporosis adalah:

  • Retak tulang pergelangan tangan
  • Retak tulang pinggul
  • Retak tulang belakang

Namun, keretakan juga dapat terjadi pada tulang lainnya seperti lengan dan panggul. Terkadang batuk atau bersin ringan pun bisa menyebabkan retak tulang rusuk atau retak pada bagian tulang belakang.


Osteoporosis sendiri tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali jika kondisi tersebut telah mengakibatkan tulang menjadi retak.

 

Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis

Faktor risiko osteoporosis meliputi banyak kondisi, di antaranya bisa dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak dapat dimodifikasi.


Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

  • Hormon seks

Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang bolong-bolong maupun menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan osteoporosis. Hal ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi hormonal.

 

  • Anoreksia nervosa

Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak akan mendapatkan nutrisi yang seharusnya, sehingga kekurangan komponen yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang, konsumsi kalsium dan vitamin D yang kurang juga dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.


Hal tersebut bisa terjadi jika :

  • Penggunaan obat-obatan tertentu
  • Kurangnya aktivitas fisik
  • Sering Merokok
  • Sering Minum Alkohol

Tulang Terkena Osteoporosis (pixabay.com)

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

  • Jenis kelamin, perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis daripada pria
  • Usia, sebagai penyakit degeneratif, osteoporosis bisa menyerang individu dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas
  • Ukuran tubuh yang kecil dan kurus pada perempuan
  • Perempuan dengan etnis Kaukasia dan Asia memiliki risiko paling tinggi dibanding perempuan Hispanik dan kulit hitam
  • Riwayat keluarga dengan osteoporosis

 

Penyebab Osteoporosis Berdasarkan Jenis Kelamin

  • Pada Wanita

Wanita lebih berisiko terkena penyakit osteoporosis dibandingkan pria. Penyebab osteoporosis adalah perubahan pada hormon yang muncul saat menopause yang berpengaruh langsung terhadap kepadatan tulang.


Hormon esterogen pada wanita memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan tulang. Setelah menopause, kadar esterogen akan menurun. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang secara drastis.

 

Kelompok wanita yang memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis, antara lain:

  • Menopause dini (sebelum usia 45 tahun)
  • Melalui proses histerektomi (operasi pengangkatan rahim) sebelum usia 45 tahun, terutama jika kedua ovarium diangkat
  • Tidak mengalami siklus menstruasi lebih dari enam bulan sebagai akibat dari terlalu banyak beraktivitas berat atau diet berlebihan

 

  • Pada Pria

Dalam banyak kasus, penyebab penyakit osteoporosis pada pria belum diketahui dengan pasti. Namun ini juga ada hubungannya dengan hormon testosteron, yang turut andil dalam menjaga kesehatan tulang.


Tubuh pria akan tetap memproduksi testosteron sampai usia lanjut, namun risiko osteoporosis tetap ada jika kadar testosteronnya rendah.

Umumnya, kadar testosteron yang rendah bisa disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroi
  • Mengonsumsi minuman keras secara berlebihan
  • Kondisi yang menyebabkan kadar testosteron lebih rendah dari kadar normal (hipogonadisme)

 

Diagnosis Penyakit Osteoporosis

Diagnosis osteoporosis biasanya dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik, rontgen tulang, densitometri tulang, dan tes laboratorium khusus.


Jika dokter mendiagnosis massa tulang yang rendah, dia mungkin ingin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan keropos pada tulang, termasuk osteomalasia (penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh mineralisasi tulang yang abnormal) atau hiperparatiroidisme (aktivitas berlebihan kelenjar paratiroid).


Densitometri tulang biasanya dilakukan pada wanita yang menginjak usia menopause. Beberapa jenis densitometri tulang digunakan untuk mendeteksi keropos tulang di berbagai area tubuh.


Dual-energi x-ray absorptiometry (DEXA) adalah salah satu metode yang paling akurat, tetapi teknik lain juga dapat mengidentifikasi osteoporosis, termasuk photon absorptiometry tunggal (SPA), computed tomography kuantitatif (QCT), absorptiometri radiografi, dan USG. Dokter juga dapat menentukan metode mana yang paling cocok untuk pengidap.

Ilustrasi Pengobatan Osteoporosis (pixabay.com)

Beragam Pengobatan Osteoporosis

Pengobatan biasanya akan disesuaikan dengan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, risiko keretakan, dan riwayat jatuh sebelumnya. Jika kamu didiagnosis mengidap penyakit osteoporosis karena adanya keretakan tulang, maka kamu  memerlukan pengobatan untuk meminimalisir risiko keretakan yang lebih parah pada masa yang akan datang.


Kamu juga perlu menjaga agar asupan kalsium dan vitamin D tercukupi. Dokter mungkin akan menyarankan perubahan pola makan dan memberikan suplemen untuk dikonsumsi agar kebutuhan tercukupi.

 

Ada beragam pilihan obat-obatan yang bisa dikonsumsi untuk menangani osteoporosis, seperti:

  • Suplemen Kalsium dan Vitamin D
  • Kalsium dan Vitamin D sangat berperan dalam menjaga kesehatan tulang. Pastikan kamu mendapat asupan kalsium harian dengan perhitungan sebagai berikut:
  • 1000 mg per hari untuk usia 19-50 tahun
  • 1200 mg per hari untuk usia di atas 50 tahun

 

Sedangkan untuk asupan Vitamin D, yang dibutuhkan tubuh untuk membantu menyerap kalsium, panduannya adalah:

  • 200 IU per hari untuk usia 19-50 tahun
  • 400 IU per hari untuk usia 50-65 tahun
  • 600 IU per hari untuk usia di atas 65 tahun
  • Jika kamu tidak mendapat cukup kalsium dan Vitamin D dalam pola makan, segera konsultasi ke dokter mengenai kemungkinan konsumsi suplemen.

Bisphosphonate

Ini merupakan obat yang dapat menjaga kepadatan tulang sehingga mengurangi risiko terjadinya tulang retak. Biasanya diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Beberapa jenis bisphosphonate yang umum diberikan dokter pada penderita osteoporosis antara lain alendronate, ibandronate, danasam zolendronic.


Pastikan kamu mengonsumsi bisphosphonate sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dokter. Iritasi pada kerongkongan, sulit menelan, dan nyeri perut adalah efek samping yang mungkin timbul akibat dari mengonsumsi obat ini.


Strontium ranelate

Obat ini akan memicu sel pembentuk jaringan tulang baru (osteoblasts) dan menekan kinerja sel peluruh tulang. Biasanya diberikan sebagai alternatif dari bisphosphonate jika dirasa tidak cocok dengan penderita.


Obat ini dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang harus dilarutkan dengan air. Efek samping obat ini adalah mual dan diare.

 

Obat-obatan Yang Bersifat Hormon

  • Selective oestrogen receptor modulators (SERMs)

SERMs memiliki khasiat yang mirip dengan hormon esterogen yaitu menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak, terutama pada tulang punggung.

Raloxifene merupakan satu-satunya SERMs yang tersedia untuk mengobati osteoporosis, harus dikonsumsi setiap hari dalam bentuk tablet.


Efek samping dari mengonsumsi raloxifene antara lain:

  • kram kaki,
  • meningkatnya risiko terjadi gumpalan darah, dan
  • rasa panas atau berkeringat pada malam hari.


Hormon Paratiroid (Teriparatida)

Hormon ini diproduksi alami oleh tubuh dan berfungsi mengatur kalsium dalam tulang. Pengobatan dengan hormon paratiroid digunakan untuk menstimulasi sel pembentuk tulang baru (osteoblasts) dan diberikan dalam bentuk suntikan.


Pengobatan ini hanya digunakan pada penderita yang memiliki kepadatan tulang sangat rendah dan telah melalui pengobatan lain namun tidak berhasil. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah.

 

Penanganan Penyakit Osteoporosis

  • Perawatan untuk osteoporosis meliputi:
  • Diet seimbang kaya kalsium dan vitamin D
  • Rencana latihan
  • Gaya hidup yang sehat
  • Obat-obatan, jika diperlukan. (terapi penggantian estrogen, modulator reseptor estrogen selektif, kalsitonin, dan bifosfonat.)

 

Jenis-jenis olahraga yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu:

  • Berjalan
  • Mendaki
  • Jogging
  • Naik tangga
  • Angkat beban
  • Tenis
  • Dansa
  • Gaya Hidup

 

Gaya hidup yang bisa mencegah osteoporosis, yaitu

  • Kurangi merokok
  • Kurangi alkohol

Baca Juga
Lebih baru Lebih lama